anda pengunjung ke-

Jumat, 27 April 2012

Hina Matsuri


Hina Matsuri adalah Doll’s Festival yang dirayakan oleh masyarakat Jepang pada tanggal 3 Maret setiap tahun. Menurut kalender matahari/ solar calender, tanggal 3 maret disebut juga sebagai “Hina-no-Sekku”,  atau “Momo-no-Sekku” (Festival Bunga Persik Mekar) yang digunakan sebagai salah satu kejadian musiman penting dari Cina kuno, dan kini telah berkembang menjadi fungsi simbolis dari seni Jepang dan adat istiadat di Jepang sejak zaman Periode Edo  (abad ke 17 – 19). Bunga persik (buah peach), melambangkan pernikahan yang bahagia, adalah dekorasi yang sangat diperlukan pada hari festival ini. Bunga-bunga menggambarkan karakter feminim, mulai dari kesantunan, kesabaran dan ketenangan.

Pada hari ini keluarga Jepang dengan anak-anak perempuan atau gadisnya merayakan acara Hina Matsuri di rumah demi berharap kebahagiaan masa depan putri mereka. Mereka menghias hina-ningyo (yaitu boneka cantik,  replika dari seorang kaisar kuno dan permaisuri dan bawahannya). Boneka untuk festival ini bukanlah boneka sehari-hari yang biasa untuk bermain,  tetapi boneka Hina khusus untuk upacara.

Biasanya boneka Hina yang digunakan merupakan warisan keluarga, yang diturunkan dari generasi ke generasi. Boneka-boneka ini akan dipajang selama beberapa hari di dalam rumah pada tempat khusus saat Hina Matsuri atau festival boneka.  Setelah itu, boneka akan disimpan kembali kedalam kotak secara hati-hati dan dipajang lagi nanti tahun depan. Bagi orang tua yang mampu biasanya akan  membelikan satu set baru dari boneka Hina untuk bayi perempuannya atau anak perempuannya.

Boneka Hina biasanya terdiri atas satu set, paling tidak terdapat 15 boneka, semua berpenampilan dalam kostum Jepang kuno. Boneka ini dipasang di rumah hanya khusus untuk hari Hina matsuri. Selain berupa kelompok boneka,  terdapat juga barang-barang miniatur rumah tangga yang seringkali berbentuk produk artistik yang indah. Boneka yang paling bernilai tinggi adalah Dairi-sama, yang mewakili Kaisar dan Permaisuri dengan kostum kebesaran dari sutera yang megah. Mereka didampingi oleh dua menteri mereka, tiga Kanjo (hakim wanita), dan lima musisi hakim. Semua akan dipajang pada beberapa tingkat, bisa lima tingkat atau lebih, masing-masing tingkat beralaskan kain merah cerah. Pasangan Kaisar dan Permaisuri menempati tingkat teratas, Kaisar berada di sebelah kiri dari Permaisuri. Hakim wanita dan jamuan dalam nampan dan piring menempati tingkat kedua, boneka lainnya diatur pada tingkatan yang lebih rendah.

Di masa lalu, pada 3 Maret, semua orang, pria, wanita dan anak-anak, membuat boneka Hina dari kertas kasar, dan  mereka meyakini bahwa bila mereka sakit maka sakitnya akan dipindahkan pada boneka. Lalu mereka mengumpulkan boneka, pergi bersama-sama ke sungai terdekat dan membuangnya ke sungai sekaligus menghilangkan segala pengaruh setan  ke dalam air. Karena itu, peristiwa ini menjadi kesempatan untuk tamasya keluarga, tepat di awal musim semi yang menyenangkan dimulai. Hina Matsuri ini  menandai awal datangnya musim semi.

Berikut ini adalah lagu yang senantiasa didengungkan saat Hina Matsuri:

Akari o tsukemashou bonbori ni
明かりをつけましょう ぼんぼりに
Ohana o agemashou momo no hana
お花をあげましょう 桃の花
Go-nin bayashi no fue taiko
五人ばやしの 笛太鼓
Kyo wa tanoshii Hinamatsuri
今日は楽しいひな祭り
Let’s light the lanterns
Let’s set peach flowers
Five court musicians are playing flutes and drums
Today is a joyful Dolls Festival

Aliran Naturalisme


Aliran Naturalisme mengangkat kelemahan-kelemahan, bagian-bagian yag sulit untuk dilihat, diamati dan dianalisis dengan apa adanya tanpa ada yang disembunyikan. Dengan kata lain, naturalisme (shinzenshugi) mengacu pada kesusastraan yang menuntut realitas dengan sungguh-sungguh dan sering disebut dengan kagakuteki shakai shosetsu (novel kemasyarakatan yang bersifat alami). Naturalisme merupakan pemikiran kesusastraan yang seksama dari aliran realisme moderrn (Kindai shajitsushugi). Pola pemikiran ini di negara Jepang meningkat pada karya Tsubouchi Shooyo yaitu Shinsetsu Shinzui, tetapi yang mempunyai pengaruh besar terhadap sastrawan Jepang adalah naturalisme Perancis. Naturalisme dalam kesusastraan Jepang tumbuh sebagai akibat dari pengaruh pengarang Perancis aliran Naturalis bernama Emile Zola. Pengaruh Zola ini cepat dikenal dengan munculnya sebuah buku yang berjudul Ishibigaku. Buku berjudul Ishibigaku berisikan tentang naturalis estetik.
Aliran naturalisme mengalami perkembangan dalam majalah terbitan Waseda yang berjudul Kiseki. Aliran naturalisme yang dipakai sedikit berbeda pada umumnya yaitu gaya yang melukiskan sesuatu yang tersembunyi yang berhubungan dengan unsur psikologis seseorang. Aliran ini muncul pada akhir abad ke-19 akibat pengaruh dari kesusastraan Rusia.  Penulis aliran naturalisme tersebut antara lain Hirotsu Kazuo, Tanizaki Siji, Kasai Zenzoo, Sooma Taizoo, bernaung dalam Waseda Bungaku.
Seiring perkembangannya, aliran naturalisme mulai mengalami pertentangan karena umumnya aliran naturalisme banyak membeberkan bagian yang buruk dari kehidupan manusia secara terang – terangan maka muncullah sejenis kesusastraan yang menggambarkan segi keindahan. Kesusastraan tersebut yaitu kesusastraan intelektual dan moral, serta aliran Shirakaba.
A.      Tokoh-tokoh dan karya aliran naturalisme
Tokoh
Karya
Shimazaki Tooson
Hakai, Haru, Ie, Shinse, Nobijitaku, dan Arashi.
Tayama Katai
Futon dan Inaka Kyooshi
Masume Hakuchoo
Doko e, Doro Ningyoo, dan Irei no Hotori
Takuda Shuusei
Arajiyotai, Ashi Ato, Kabi, Tadare, dan Arakure
Mayama Seika
Minami Koizumi Mura
Iwano Hoomei
Tandeki dan Hooroo
Nagai Kafuu
Amerika Monogatari, Furansu Monogatari, Sumidagawa, Ude Kurabe, Okameza, Mita Bungaku, dan Subaru.
Tanizaki Junichiro
Shisei dan Chijin no Ai
Satoo Haruo
Denen no Yuutsu dan Tokai no Yuutsu

Pelopor-pelopor aliran naturalisme, diantaranya :
1.    Shimazaki Tooson
Shimazaki Tooson merupakan salah satu tokoh yang diakui sebagai pelopor kesusastraan modern Jepang (Nihon Kindai Bungaku). Shimazaki Tosoon berawal dari tokoh yang membuka jalan kesusastraan realisme Jepang (Nihon Sajitsushugi Bungaku), dan kemudian disebut dengan kesusastraan naturalisme (Shinzenshugi Bungaku). Tooson adalah seorang sastrawan yang mampu dan memahami dan menghargai aliran naturalisme dan gagasan-gagasan para filsuf Barat secara mendalam sehingga dalam karya-karyanya Tooson berani melangkah keluar dari pola pikir Jepang yang menganggap bahwa alam semesta, manusia, dewa-dewa itu masing-masing merupakan bagian dari keseluruhan.
Shimazaki Tooson memulai karirnya sebagai penyair yang memperkenalkan karya karyanya melalui media kesusastraan bernama Bungakukai, selain itu novel Hakai (melanggar petuah) yang telah merubah dirinya menjadi penulis novel. Novel pertamanya Hakai (melanggar petuah) diterbitkan pada tahun 1906. Novel tersebut merupakan novel bergaya naturalisme pertama di Jepang karena dianggap sebagai peristiwa penting dalam realisme Jepang. Hakai melukiskan tentang rahasia pribadi manusia modern yang mengalami kehidupan yang resah karena harus menyembunyikan rahasia tetapi berakhir dengan bentuk pengakuan pelakunya. Hakai adalah novel yang mengangkat pembebasan akhir Burakumin. Novel keduanya, Haru diterbitkan pada tahun 1908. Haru merupakan sebuah cerita otobiografi sentimental yang penuh dengan kebahagiaan saat bersama dengan kelompok penulis Bungakukai. 
Novel Ie pada tahun 1910  (Meiji 43) dimuat dalam Yomiuri shinbun dan pada tahun 1911 (Meiji 44) telah diterbitkan menjadi dua jilid (joge). Novel Ie ini mengangkat cerita tentang kehidupan keluarga Shimazaki Tooson 1889 sampai 1910, menceritakan tentang dua Ie klasik yaitu Ie Koizumi dan Ie Hashimoto. Hubungan kedua Ie ini terjalin ketika kedua anak mereka yaitu Otane (anak perempuan dari keluarga Koizumi) menikah dengan Tatsuo (anak laki-laki dari keluarga Hashimoto). Kedua  Ie tersebut mengalami kemerosotan dan akhirnya hancur berantakan dalam menghadapi perubahan zaman menuju kehidupan modern Jepang (Nihon Kindai shakai).
Dalam novel ini terlihat Shimazaki Tooson menentang pranata-pranata yang terdapat dalam sistem kekerabatan Ie karena menurut Tooson pranata-pranata tersebut hanya dapat mengekang gerak-gerak individu anggota Ie dan dapat menimbulkan moral amae. Amae adalah suatu kosa kata dalam bahasa Jepang yang mengungkapkan suatu gejala pisikologis yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia pada umumnya tetapi di Jepang menjadi khas karena didukung oleh masyarakatnya. Amae ditekankan pada sifat manja atau ketergantungan terhadap orang lain. Perilaku amae ini ditampikan dalam novel Ie yaitu pada tokoh Otane (istri Tatsua), Okura (istri Minoru) dan Toyose (istri Shota) yang hidupnya selalu bergantung pada kerabat lainnya. Penolakan terhadap sistem kekerabatan Ie merupakan pemandangan atau pemikiran Toosan sebagai sastrawan naturalisme yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menekankan kesadaran individu, yang kemudian menentang sistem feodal yang nyata-nyata membatasi gerak kreativitas individu.
Sebagai seorang sastrawan naturalisme, ia mengukapkan penolakan ini sesuai dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Melalui novel Ie, Shimasaki Toosan berpendapat bahwa sistem kekerabatan Ie tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman yang dialami oleh Jepang yang menuju negara industri sejak zaman Meiji, yang sekaligus menuntut adanya kebebasan individu secara modern.
Dampak negatif sistem Ie antara lain:
·         Kebebasan individu yang terikat dalam sebuah keluarga besar dan sistem tradisional yang dianut mengharuskan orang-orang dalam lingkup keluarga menomorduakan urusan dan keinginan pribadi demi kepentingan keluarga dan sistem.
·         Bagi wanita yang masuk dalam keluarga bersistem Ie  tidak memiliki kemungkinan menjadi wanita mandiri karena tidak ada keharusan yang patuh diikutinya selain berada dibawah sistem Ie yang menuntut kesiapannya masuk dalam sistem dibawah bayang-bayang pemimpin ataupun suami
·         Memegang kekuasaan tertinggi sebagai Kachou dalam keluarga bersistem Ie mengharuskannya menjadi pribadi yang militer agar dapat bertanggung jawab untuk memimpin, menjaga, melindungi keluarga besar dan leluhur keluarga.

download selengkapnya :

http://www.ziddu.com/download/19247488/naturalismeAutosaved.docx.html

Aliran Romantisme


Sejarah perkembangan :
Pada zaman Restorasi Meiji, genre sastra Jepang mulai beralih mengikuti genre barat. Masuknya kesusastraan barat  ini dipelopori oleh golongan terpelajar yang dimulai dengan kesusastraan terjemahan. Dalam periode awal perkembangan kesusastraan di Jepang timbullah beberapa aliran sastra, yaitu aliran realisme, romantisme, dan naturalisme. Aliran romantisme merupakan aliran kesusastraan yang berkembang di zaman modern yang dipelopori oleh  beberapa tokoh, antara lain : Mori Oogai, Kitamura Tookoku, Takayama Chogyuu, Izumi Kyooka, Tokutomoi Rooka, Kunikida Doppo, Shimazaki Tooson dan lainnya.

Tokoh – tokoh yang menjadi pelopor aliran romantisme :

1.    Mori Oogai
Mori Oogai  lahir pada tanggal 17 Februari 1862 dan meninggal  pada tanggal 9 Juli 1922 pada umur 60 tahun. Mori Oogai adalah novelis Jepang, penerjemah, kritikus, sekaligus dokter tentara, peneliti kedokteran, dan seorang birokrat. Nama aslinya adalah Mori Rintarō . Setelah Perang Dunia II, nama Mori Oogai disejajarkan dengan Natsume Sōseki sebagai dua sastrawan besar Jepang dari zaman Meiji sampai zaman Taisho. Dia adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kekaisaran Tokyo. Mori Oogai merupakan seorang dokter tentara yang dikirim oleh pemerintah Jepang untuk memperdalam ilmunya di Jerman selama empat tahun atas biaya negara. Setelah kembali ke Jepang pada Meiji tahun 21 (1888 M), Mori Oogai dengan aktif mengembangkan pengetahuannya di luar ilmu kedokteran seperti ilmu kesusastraan, kesenian maupun filsafat barat, yang diperoleh selama belajar di Jerman.
Sepulang dari Jerman, Mori menerbitkan antologi puisi terjemahan berjudul Omokage dan Improvisatoren (bahasa Inggris: The Improvisatore: or, Life in Italy) oleh Hans Christian Andersen diterjemahkannya sebagai Sokkyō Shijin. Mori mulai aktif sebagai penulis sejak menerbitkan majalah Shigarami Sōshi. Kemudian Mori Oogai dikenal dengan nama Teebesu Hyakumon no Taito (100 Pintu Kota Thebes), karena banyaknya ilmu pengetahuan yang ia kuasai. Selain itu, hasil karya–karya Mori Oogai berupa novel, biografi, drama, kritik, essei, puisi dan terjemahan. Hasil usaha keras Mori Oogai menjadikan kritik sastra menjadi sebuah bagian yang memperoleh tempat tersendiri dalam dunia kesusastraan. Novel yang berhasil ditulisnya berdasarkan kehidupannya selama di Jerman yaitu Maihime, Utakata no Ki dan Fumizukai. Ketiga novel tersebut menceritakan tentang percintaan anak muda yang dilukiskan dengan romantis, tetapi berakhir dengan kesedihan. Dalam usahanya Mori Oogai melakukan pencerahan dalam kesusastraan berupa kritikan. Kritikan-kritikan Mori Oogai selalu ditentang oleh kritikus ulung Ishibashi Ningetsu dan tokoh aliran realisme Tsubouchi Shooyoo.
Karya-karya Mori Oogai :
       Novel              : Maihime, Gan, Takesebune dll.
       Biografi           : Shibue Chuusai.
       Drama             : Tamakusige Futari Urashima.
       Kritik               : Tsuki Gusa.
       Essei                : Munaguruma.
       Puisi                : Uta Nikki
            Terjemahan      : Shokyoo Shijin (novel), Omokage (puisi) dan Shinbi Kooryoo (teori).

download selengkapnya di :
http://www.ziddu.com/download/19247461/romantisme2003.doc.html

Anggaran Dasar Metode Penelitian


Merumuskan masalah adalah suatu cara merumuskan judul selengkapnya. Sebelum seorang peneliti memulai kegiatannya meneliti, harus melalui memulai membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain penelitian atau disebut juga proposal penelitian. Proposal penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan yang dilaksanakan. Maka harus membuat proposal atau usulan secara lengkap. Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas, yang dipikirkan selanjutnya adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya tersebut, diberi asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam peloporan hasil penelitian nanti.
Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.Sc.Ed. anggapan dasar atau postulat merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik, dimana setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik yang mungkin meragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai suatu kebenaran.
Dalam melakukan penelitian anggapan – anggapan dasar perlu dirumuskan secara jelas sebelum melangkah mengumpulkan data. Anggapan- anggapan semacam inilah yang disebut sebagai anggapan dasar, postulat atau asumsi dasar.
Peneliti perlu merumuskan anggapan dasar :
1.      Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti.
2.      Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian.
3.      Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

A.  CARA MENENTUKAN ANGGAPAN DASAR
Macam-macam cara menentukan anggapan dasar untuk menjadi tahu terhadap sesuatu:
1.    Dengan banyak membaca buku, surat kabar atau terbitan lain
2.    Dengan banyak mendengarkan berita, ceramah, dan pembicaraan orang lain
3.    Dengan banyak berkunjung ke suatu tempat
4.    Dengan mengadakan pendugaan mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.

download selengkapnya :

http://www.ziddu.com/download/19247375/PENGERTIANANGGAPANDASAR.docx.html


Cari Blog Ini