Jumat, 09 Desember 2011
Issun-Boushi
Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang tidak memiliki anak. Suatu hari mereka pergi ke sebuah kuil dan berdoa, "Oh, tolong berilah kami anak. Kami sungguh menginginkan seorang anak." Dalam perjalanan pulang, mereka mendengar isak tangis dari rerumputan. Mereka mendekati rerumputan itu dan menemukan seorang bayi laki-laki yang sangat mungil terbungkus dengan selimut berwarna merah terang.
"Bayi siapa ini?" tanya sang suami.
"Entahlah. Mungkin bayi ini adalah jawaban dari doa kita", kata sang istri.
Mereka membawa pulang bayi mungil itu ke rumah dan membesarkannya selayaknya anak sendiri.
Sang bayi mungil tumbuh dengan sehat, tetapi ia tidak bertumbuh besar. Kini besarnya pun tidak sampai sebesar jempol manusia. Bertahun-tahun ia dirawat dengan baik, tetapi ia sama sekali tidak bertumbuh. Tingginya hanya 1 inci (di jepang disebut 1 sun yang tingginya kira-kira 1 inci). Maka dari itu, orang-orang memanggilnya Issun-boushi (one inch boy).
Hari berganti hari, Issun-boushi bertambah dewasa pergi kepada kedua orang tuanya da berkata, "Saya sangat berterima kasih kepada Ayah dan Ibu karena sudah membesarkanku, sekarang saya harus pergi ke dunia luar dan mencoba peruntunganku."
"Tapi, Nak, dunia luar itu begitu sulit, apa kamu yakin bisa menghadapinya?" tanya sang ibu.
"Saya akan berusaha supaya saya sukses dan membahagiakan Ayah dan Ibu", jawab Issun-boushi meyakinkan kedua orang tuanya.
"Tapi lihat badanmu. Kamu masih terlalu kecil untuk pergi keluar. Terlalu berbahaya. Tunggulah hingga kamu bertumbuh besar.", cegah sang ayah.
"Tidak, Ayah. Saya merasa ini sudah waktunya saya untuk tidak bergantung pada Ayah dan Ibu. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa!", kata Issun-boushi tegas.
"Tapi, Nak...", sang ibu mulai meneteskan air mata.
Melihat kegigihan hati Issun-boushi, akhirnya kedua orang tua Issun-boushi merelakan kepergiannya. Sebelum kepergian Issun-boushi, kedua orang tuanya memberikan sebuah jarum sebagai pedang, mangkuk kayu sebagai perahu, dan sebuah sumpit untuk dayungnya.
"Terima kasih Ayah, Ibu. Saya akan menggunakan barang-barang ini dengan baik", kata Issun boushi kepada orang tuanya.
"Berhati-hatilah dan jaga dirimu, Nak!" kata kedua orang tuanya.
"Ya, saya akan berhati-hati. Selamat tinggal Ayah, Ibu!" Issun-boushi pergi sambil melambaikan tangan kepada kedua orang tua yang sangat dicintainya.
Issun-boushi pergi berjalan jauh sekali hingga ia sampai ke sebuah sungai. Ia melepas mangkuk nasi yang diberikan ibunya dan menaikinya untuk mengarungi sungai tersebut. Ia menggunakan sumpitnya untuk mendayung. Lama ia terkatung-katung di sungai tersebut, hingga tiba-tiba muncul seekor katak yang menabrak perahunya sehingga perahu Issun-boushi terbalik. Untunglah Issun-boushi pandai berenang, ia berenang menuju tepi sungai dan ternyata di sana terdapat sebuah rumah yang besar. Issun-boushi mendekati rumah itu dan melihat betapa megahnya rumah itu. Issun-boushi berjalan ke pintu depannya dan berteriak memanggil penghuninya. Seorang pelayan keluar dari pintu, tapi ia tidak mendapati seorang pun di situ.
Issun-boushi pun berteriak, "Aku ada di sini, di bawah, di bawah!" Pelayan melihat ke bawah, tetapi ia hanya menemukan sepasang sandal kayu milik tuannya. Setelah beberapa saat, pelayan tersebut menemukan sesosok manusia kecil di sebelah sandal tuannya itu. Pelayan tersebut sangat terkejut dan langsung berlari kepada tuannya. Ia menceritakan tentang apa yang dilihatnya kepada tuannya itu. Tuan tersebut juga sangat terkejut dan langsung pergi keluar untuk menemui Issun-boushi. Di luar sang tuan menemukan Issun-boushi berdiri dengan gagahnya dengan sebuah jarum di pinggangnya.
"Halo ksatria kecil. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya sang tuan.
"Saya sedang mencari pekerjaan. Maukah Anda menerima saya? Jika Anda menerima saya di sini, saya bersedia menjadi pengawal Anda. Memang saya memiliki badan yang kecil, tetapi saya dapat bertarung dengan baik bersama dengan pedang milik saya ini", kata Issun-boushi sambil menunjukkan jarum yang dibawanya.
Sang tuan tertawa geli mendengar perkataan Issun-boushi, tapi ia memiliki ide cermerlang.
"Baiklah, baiklah. Kamu diterima di sini, hanya saja bukan menjadi pengawalku, tetapi teman bermain untuk putriku", kata sang tuan kepada Issun-boushi.
Issun-boushi pun menjadi pengawal tetap sang putri. Lama-kelamaan mereka menjadi teman yang akrab, mereka membaca buku bersama, bermain bersama setiap hari. Bahkan sang putri membuatkan sebuah tempat tidur untuk Issun-boushi dari kotak perhiasannya.
Suatu hari, sang putri dan Issun-boushi pergi ke sebuah kuil di dekat rumah tersebut. Tiab-tiba setan berwarna hijau yang menjijikan muncul sambil membawa sebuah palu ajaib. Ketika setan tersebut melihat sang putri, ia berusaha menangkapnya untuk dimangsa. Issun-boushi berusaha mencegahnya, ia mengeluarkan pedangnya dan mulai menusuk jari kaki setan tersebut. Akan tetapi kulit setan tersebut sangat tebal sehingga jarum milik Issun-boushi tidak dapat menembusnya. Setan tersebut semakin dekat dan dekat dengan sang putri. Sang putri terus berusaha melarikan diri. Melihat itu, Issun-Boushi bergegas memanjat setan tersebut hingga sampai di kepalnya. Issun-boushi mengeluarkan pedangnya dan menusuk hidung setan tersebut. Si setan menjadi kesakitan dan marah, ia membuka mulutnya lebar-lebar dan mengeluarkan geraman yang sangat kencang.
Isssun-boushi melompat ke dalam mulut setan tersebut dan mulai memotong lidah setan tersebut dengan pedangnya. Si setan terkejut kesakitan dan memuntahkan Issun-boushi keluar kemudian setan itu melarikan diri. Setan itu menjatuhkan palu ajaibnya ketika melarikan diri. Sang putri berlari kepada palu ajaib itu dan mengambilnya.
"Terima kasih Issun-boushi, kamu tahu ini palu apa?" tanya sang putri.
"Tidak, palu apa itu?" jawab Issun-boushi.
"Ini adalah palu ajaib yang bisa mengabulkan permintaan apa saja. Sekarang kita bisa membuat permohonan", kata sang putri.
Sang putri menggoyangkan palu tersebut sambil memohon, "Tolong buat Issun-boushi membesar." Setiap kali palu itu digoyangkan, Issun-boushi bertumbuh 1 inci, sang putri menggoyang-goyangkan palu tersebut hingga Issun-boushi menjadi sebesar pemuda sebayanya. Mereka sangat senang melihat keajaiban yang terjadi pada Issun-boushi, sesampainya di rumah, sang tuan terkejut melihat Issun-boushi. Sang putri pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada ayahnya itu. Sang tuan mengadakan pesta untuk Issun-boushi sebagai rasa terima kasihnya telah menolong putrinya. Beberapa tahun kemudian, Issun-boushi dan sang putri menikah dan hidup bahagia selamanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar