anda pengunjung ke-

Minggu, 11 Desember 2011

Ikebana, Seni Merangkai Bunga Jepang



BICARA soal budaya dan seni, Jepang memang patut diacungkan jempol. Bayangkan untuk minum the saja ada upacaranya. Untuk menikmati hidangan sushi saja, menggunakan seni khusus. Begitupun dengan seni merangkai bunga alias ikebana, punya seni khusus lagi.  Begitu tingginya penghargaan mereka akan seni membuat citarasa seni pun patut diacungkan jempol.
Foto :IstimewaFoto :IstimewaIkébana yang memanfaatkan berbagai jenis bunga, rumput-rumputan dan tanaman dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya dikenal luas oleh tak Cuma oleh masyarakat Jepang, tapi hampir seluruh dunia. Ikebana juga dikenal dengan istilah kadō yang artinya ka, bunga; dan do, jalan kehidupan. Kegiatan ini lebih menekankan pada aspek seni untuk mencapai kesempurnaan dalam merangkai bunga.
Pada umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai dari Barat (flower arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang secara tiga dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari bagian depan.
Namun, berbeda dengan seni merangkai bunga dari Barat yang bersifat dekoratif, Ikebana berusaha menciptakan harmoni dalam bentuk linier, ritme, dan warna.  Dan, ikebana tidak mementingkan keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya menurut garis linier. Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang mewakili langit, bumi, dan manusia.
Foto :IstimewaFoto :IstimewaMenurut literatur klasik seperti Makura no sōshi yang bercerita tentang adat istiadat Jepang, tradisi mengagumi bunga dengan cara memotong tangkai dari sekuntum bunga sudah dimulai sejak Zaman Heian. Pada mulanya, bunga diletakkan di dalam wadah yang sudah ada sebelumnya dan kemudian baru dibuatkan wadah khusus untuk vas bunga.
Ikebana dalam bentuk seperti sekarang ini baru dimulai para biksu di kuil Chohoji Kyoto pada pertengahan Zaman Muromachi. Para   biksu kuil Chōhōji secara turun temurun tinggal di kamar () di pinggir kolam (ike), sehingga aliran baru Ikebana yang dimulainya disebut aliran Ikenobō.
Ikebana mulai diperkenalkan ke Eroa pada akhir zaman Edo hingga masa awal era Meiji ketika minat orang Eropa terhadap kebudayaan Jepang sedang mencapai puncaknya. Ikebana dianggap mempengaruhi seni merangkai bunga Eropa yang mencontoh Ikebana dalam line arrangement.
Ada 3 gaya dalam Ikebana, yaitu:.

Rikka (Standing Flower)adalah ikebana gaya tradisional yang banyak dipergunakan untuk perayaan keagamaan. Gaya ini menampilkan keindahan landscape tanaman. Gaya ini berkembang sekitar awal abad 16. Ada 7 keutamaan dalam rangkaian gaya Rikka, yaitu : shin, shin-kakushi, soe, soe-uke, mikoshi, nagashi dan maeoki

Shoka,adalah rangkaian ikebana yang tidak terlalu formal tapi masih tradisional. Gaya ini difokuskan pada bentuk asli tumbuhan. Ada 3 unsur utama dalam gaya Shoka yaitu : shin, soe, dan tai. Sesuai dengan perkembangan zaman, sesudah Restoran Meiji 1868, gaya ini lebih berkembang karena adanya pengaruh Eropa Negeire arti bebasnya “dimasukan” (rangkaian dengan vas tinggi dengan rangkaian hampir bebas)dan Moribana. Rangkaian menggunakan wadah rendah dan mulut lebar). Lalu pada tahun 1977 lahir gaya baru yaitu Shoka Shimputai, yang lebih modern, terdiri dari 2 unsur utama yaitu shu dan yo, dan unsur pelengkapnya, ashirai.
Foto :IstimewaFoto :Istimewa 
Jiyuka adalah rangkaian Ikebana bersifat bebas dimana rangkaiannya berdasarkan kreativitas serta imaginasi. Gaya ini berkembang setelah perang dunia ke-2. Dalam rangkaian ini kita dapat mempergunakan kawat,logam dan batu secara menonjol.
Ikebana International pertama kali berdiri pada tahun 1956 di Tokyo, Jepang. Seingat Tati, chapter nomor satu adalah pencinta ikebana dari New York. Saat ini Ikebana International tersebar di 50 negara dengan lebih dari 10 ribu orang anggota.
Di Indonesia, dikenal tujuh aliran ikebana. Pertama adalah ikenobo alias aliran paling tua sepanjang riwayat ikebana. Kemudian aliran ikebana ohara yang bergabung pada 1989. Dilanjutkan dengan ikebana koryu, misho-ryu, sogetsu, ichiyo, dan shofukadokai.

Ikenobo. Berhubung ikebono adalah aliran yang umurnya paling tua, maka beberapa pendapat mengatakan ikebono adalah asal mula ikebana. Pada awal sejarahnya rangkaian bunga dikenal dengan nama tatebana, artinya bunga yang berdiri.

Ohara. Aliran ini didirikan pada tahun 1895 oleh Unshin Ohara. Ohara mengenal empat pilar dalam merangkai bunga serta vas berair yang mewadahinya, yaitu hana-isho, moribana, heika, serta hanamai.

Koryu
Ikebana ini termasuk aliran yang tertua setelah ikenobo. Pelajaran koryu terdiri dari lima tingkatan. Keistimewaannya, ikebana koryu dapat dirangkai memakai bunga dalam jumlah banyak.

Misho-Ryu
Ippo Mishohai adalah pencetus berdirinya ikebana misho-ryu. Sejak diciptakan pada tahun 1807, model pertama rangkaian bunga ini adalah kakubana yang tradisional. Selanjutnya pada tahun 1930, model shinka tercipta.

Sogetsu
Prinsip aliran ini adalah mengikuti hidup gaya kontemporer. Daya tarik kehidupan beragam tanaman serta bunga yang berwarna-warni merupakan alat meraih nuansa kehidupan. Sekaligus berguna sebagai cara melestarikan kebebasan berekspresi. Sofu Teshigara pertama kali membuka sekolah ikebana sogetsu pada tahun 1927.

Ichiyo
Ada enam gaya dasar dari aliran yang ada sedari 1937. Gaya itu tergantung pada sifat tanaman. Seperti gaya tegak, condong, pendek, bergantung, gaya empat arah.

Shofukadokai
Filosofi aliran yang dimulai Shofu Ryu pada 1917 adalah melimpahkan perasaan lewat tanaman. Pada perkembangannya, limpahan perasaan tadi dipadukan dengan ide lain serta meningkatkan rasa seni lewat tanaman. (dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini